BENCANA KARENA DOSA
Oleh : Asep Nurdin
Allah swt berfirman, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’rof: 96)
Ayat di atas mengingatkan kita semua terhadap berbagai bencana yang menimpa negeri ini di tahun 2010 M/1431 H. Sebagaimana kita ketahui dan rasakan bersama, tahun 2010 merupakan tahun ”berduka” bagi rakyat Indonesia akibat dampak buruk dari berbagai bencana alam. Masih segar dalam ingatan kita, bagaimana banjir bandang menewaskan puluhan orang dan ratusan rumah hancur di Wasior Papua, disusul kemudian bencana tsunami yang terjadi di Mentawai Sumatra Barat yang mengakibatkan 500 orang meninggal dunia dan ratusan bangunan rusak, hancur dan rata dengan tanah. Dan yang terakhir, meletusnya gunung merapi di Yogyakarta yang telah melululantahkan rumah, hutan, binatang ternak bahkan ratusan orang dinyatakan meninggal dunia. Subhanallah
Kenapa semua bencana itu menimpa negeri ini?. Sebuah pertanyaan yang perlu dicari jawabannya sebagai bahan introspeksi dan mencari hikmah dibalik semua bencana tersebut. Karena setiap peritiwa bencana, tersimpan berbagai hikmah yang terkadang manusia tidak mengetahuinya.
Secara kajian ilmiah, Indonesia adalah negara kaya akan sumber daya alam, tapi juga memiliki potensi bencana alam yang cukup besar. Misalnya, Indonesia memiliki 129 gunung api aktif. Jumlah itu setara dengan 13% dari jumlah gunung berapi aktif di dunia yang keseluruhannya berjumlah 820 buah. Sehingga wilayah Indonesia masuk pada titik ”ring of fire” atau sabuk gunung api.
Di samping itu, Indonesia merupakan kawasan tempat bertemunya tiga lempeng tektonik bumi, yakni Indo-Australia, Eurasia, dan lempeng Pasifik. Pertemuan Indo-Australia dengan Eurasia sepanjang pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa hingga Nusa Tenggara. Sementara lempeng Indo-Australia dengan Pasifik bertemu di Papua dan Maluku sebelah utara. Hal ini mengakibatkan Indonesia sebagai negara rawan gempa tektonik.
Walaupun secara kajian ilmiah Indonesia termasuk wilayah yang rawan terkena bencana. Namun demikian bencana bisa terjadi kapan saja dan di mana saja jika Allah sudah berkehendak. Alquran mengisyaratkan bahwa tidak ada musibah yang terjadi kecuali atas izin Allah Itu sebabnya Allah SWT menyatakan: “Allah yang menciptakan hidup dan mati untuk menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya.” (QS. al-Mulk: 2). Lihat juga QS. Muhammad: 31 dan QS. al-Baqarah: 255.
Bencana adalah bagian dari musibah. Sebab kata “musibah” pada mulanya berarti “sesuatu yang menimpa atau mengenai”. Sebenarnya sesuatu yang menimpa itu tidak selalu buruk. Hujan bisa menimpa kita dan itu dapat merupakan sesuatu yang baik. Memang, kata musibah konotasinya selalu buruk, tetapi karena boleh jadi apa yang kita anggap buruk itu, sebenarnya baik, maka Alquran menggunakan kata ini untuk sesuatu yang baik dan buruk (QS. al-Baqarah: 216).
Setiap musibah yang menimpa umat manusia, pada dasarnya disebabkan karena ulahnya sendiri sebagai ujian dan balasan yang ditimpakan Allah terhadap apa yang telah dilakukannya di dunia (QS. As-syuraa : 30). Mungkin saja berbagai bencana yang menimpa bangsa ini akibat dosa-dosa yang telah dilakukan oleh masyarakatnya sendiri. Sebab, di zaman globalisasi seperti sekarang ini, banyak orang yang lengah dan lupa kepada Allah. Berbagai rutinitas demi memenuhi hasrat sering menjadikan manusia lupa akan Allah. Karena itu kita perlu diingatkan. Ada orang-orang yang tidak menyadari adanya Allah karena melihat segala sesuatu berjalan harmonis. Allah ingin mengingatkan orang-orang tersebut, bahwa jangan duga Allah telah lepas tangan. Diingatkannya manusia melalui bencana. Sebagaimana firman Allah swt :
”Dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan kami), Kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS.Al-Isra : 16)
Apa yang disinyalir Allah dalam ayat di atas, hampir mendekati kenyataan. Realitas memperlihatkan kepada kita bahwa dari hari ke hari semakin banyak orang yang terjebak dalam pola hidup mewah atau hedonis. Hedonis atau hedonisme adalah sikap yang mengukur “kebahagian” berdasarkan keberhasilan materi. Pola hidup hedonis menciptakan manusia yang moralnya terbatas pada masalah kebutuhan praktis belaka, yang ukuran kebaikan dan kejahatan tertingginya adalah keberhasilan materi. Semakin tumbuh suburnya berbagai penyakit masyarakat seperti korupsi, judi, prostitusi, aborsi, dan bunuh diri adalah ekses negatif dari pola hidup hedonis ini.
Mungkin itulah ”dosa-dosa” yang menjadi sebab kenapa Allah swt menimpakan berbagai bencana untuk negeri ini. Ini adalah pelajaran yang sangat berharga bagi kita bangsa Indonesia. Oleh karena itu, sesuai dengan momentum tahun baru Islam 1432 H, mari kita ”berhijrah” untuk hadapi hari-hari di tahun baru ini dengan semangat pengorbanan dan usaha yang sungguh-sungguh (zuhud), kita mulai memperbaiki diri kita (ibda binafsik) dengan akhlakul karimah, memantapkan iman dan takwa demi tercapainya kebahagiaan di dunia dan akhirat. (dari berbagai sumber)
Rabu, 06 April 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar