Senin, 07 Desember 2009

artikel : BAHAYA LATEN MATERIALISME

BAHAYA LATEN MATERIALISME
Oleh : Asep Nurdin, S.Th.I, M.Pd
(Penais Kecamatan Lebakwangi Kabupaten Kuningan/Alumni Ponpes Darussalam Ciamis)

            Materialisme dalam pengertiannya yang sederhana adalah suatu paham yang memandang dunia materi sebagai kehidupan yang realistis, sebaliknya alam ukhrawi  merupakan kehidupan maya, khayalan dan tidak realistis. Pengarang buku Islam At The Crossroad menyatakan bahwa materialisme adalah penyembahan terhadap kemajuan materi dan kepercayaan bahwa dalam hidup ini tiada tujuan lain selain membuat hidup semakin lebih mudah dan tidak tergantung dari alam.
Dalam sejarah awal pertumbuhannya, materialisme lahir ketika jiwa-jiwa orang Eropa dalam kondisi yang kosong atau hampa. Dengan kodisi tersebut, sedikit demi sedikit mereka melorot ke faham keduniawian. Para pemikir dan sarjana sosialnya terus maju menyelidiki alam dan sifat kehidupan dengan menggunakan metode yang mereka sebut dengan metode ilmiah. Mereka menolak segala tradisi yang didasarkan pada kepercayaan akan adanya Tuhan. Satu demi satu, mereka tolak segala sesuatu yang bukan benda dan energi dan mereka menolak segala yang tidak bisa ditimbang dan diukur.
Seiring perkembangan jaman, materialisme seolah-olah menyebar dan mendarah daging di kalangan orang-orang Barat. Materilisme ibarat ”virus” yang telah merasuki sendi-sendi kehidupan mereka. Mereka menjalani hidup hanya untuk memperoleh kekuasaan dan kesenangan. Akibatnya, muncul kelompok-kelompok yang saling bermusuhan dan berperang demi untuk memperoleh kekuasaan dan kesenangan.
Dari segi budaya, materialisme menciptakan manusia-manusia yang moralnya terbatas pada masalah kebutuhan praktis belaka, yang ukuran kebaikan dan kejahatan tertingginya adalah keberhasilan materi. Perilaku-perilaku konsumtif, hedonis, dan prestise merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya materialisme ini.
Akibat tak terelakan dari candu materialisme ini, orang-orang Barat mengalami keterpurukan moral dan juga ekonomi, sebagaimana yang terjadi di Amerika saat ini. Menurut para ahli ekonomi, faktor pertama yang menyebabkan terjadinya keterpurukan ekonomi Amerika adalah kredit macet KPR atau Kredit Pemilikan Rumah yang dilakukan oleh masyarakat Amerika. Di mana pihak Bank di Amerika mengeluarkan begitu banyak uang dengan jumlah jutaan atau bahkan milyaran dolar untuk dana KPR, namun uang yang sudah menjadi piutang tersebut tidak kembali karena tidak mampu dibayar alias kredit macet. Akibatnya,  bank dan institusi keuangan terbesar di Amerika bangkrut dan nyaris bangkrut.
Di samping itu, keterpurukan ekonomi Amerika yang berakibat pada keterpurukan ekonomi global (krisis global) tidak bisa lepas dari paham materialisme yang mereka anut. Materialisme yang melahirkan sikap eksploitasi menyebabkan perkembangan ekonomi tanpa batas. Apa yang seharusnya menjadi milik umum, seperti minyak, gas, dan semua bentuk energi telah menjadi milik individu atau perusahaan. Hasilnya sumber daya alam terkikis habis dan menyebabkan berbagai kerusakan lingkungan

Islam VS Materialisme
             Materialisme memandang kehidupan dunia sebagai kehidupan yang pertama dan yang terakhir, tidak ada kehidupan lagi setelah kehidupan  dunia. Seorang materialist tidak peduli terhadap peningkatan rohani, kesalehan dan persiapan untuk keakhiratan. Yang dipikirkan hanyalah kemajuan materi sebagai modal mencari kesenangan. Ini berbeda sekali dengan ajaran agama Islam. Dalam Islam, di samping adanya kehidupan dunia, juga berkeyakinan adanya kehidupan akhirat. Kehidupan di dunia materi ini hanya bersifat sementara sebagai bekal untuk kehidupan akhirat yang kekal. Artinya, kehidupan di alam akhirat lebih realistis dibandingkan kehidupan di alam dunia. Namun demikian, bukan berarti harus melupakan kehidupan dunia.
Sebagaimana dalam al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 77, Allah swt berfirman :
”Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”

Dalam konteks yang sama, Rasulullah saw bersabda : ”Yang terbaik di antara kalian bukanlah orang yang beramal untuk dunianya tanpa akhiratnya. Juga bukan orang yang beramal untuk akhiratnya saja dan meninggalkan dunianya. Tetapi yang terbaik di antara kalian adalah orang yang beramal untuk keduanya”.
Dalam menjelaskan ayat dan hadis di atas, Usman Nazati dalam bukunya al-qur’an wal ilmu nafsi (al-Qur’an dan Ilmu jiwa) mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan fisik dan juga spiritual. Oleh karena itu, manusia dalam menjalani kehidupannya harus mampu menserasikan antara keduanya. Ini dilakukan dengan memenuhi berbagai kebutuhan fisik dalam batas-batas yang diperkenankan oleh Allah dan pada saat yang sama dengan memenuhi kebutuhan spiritualnya. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa Islam tidak mengenal kerahiban yang menentang pemenuhan sebagian dorongan fisik dan Islam tidak menentang pemenuhan nihilisme mutlak yang mengizinkan pemenuhan sepuas-puasnya dorongan fisik. Yang diserukan Islam adalah penyeimbangan antara dorongan-dorongan tubuh dan jiwa dan pemakaian jalan tengah yang merealisasikan keseimbangan antara aspek-aspek material dan spiritual dalam diri manusia. Sebagaimana tercemin dalam kepribadian Rasulullah saw, di mana pada dirinya terdapat keseimbangan antara kekuatan spiritualnya yang mendalam dan vitalitas fisiknya yang tinggi. Beliau menyembah Allah dalam kekhusyuan dan kebeningan hati yang penuh. Sementara sebagai manusia, beliau juga menikmati kelezatan duniawi dalam batas-batas yang diperkenankan agama.
Perlunya keserasian antara kebutuhan fisik dan spiritual dikarenakan kehidupan dunia sangat erat kaitannya dengan kehidupan akhirat. Dalam hal ini, dunia merupakan mazra’atul akhirat atau ladang untuk akhirat. Apa yang ditanam di dunia akan dipetik hasilnya di akhirat. Yang ditanam tentu saja bukan ibadah mahdhoh semata, tetapi seluruh perbuatan yang menyangkut hubungan antara manusia dengan manusia dalam segala bidang kehidupan.
Jika ajaran Islam sangat bertolak belakang dengan paham materialisme sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. Lalu bagaimana dengan umatnya saat ini?.
 Di zaman modern seperti sekarang ini, umat manusia tidak lagi dihadapkan pada persoalan budayanya sendiri secara terpisah. Tetapi saling berhubungan dan mempengaruhi antara kebudayaan dan masyarakat dari berbagai bangsa di dunia. Sebagai contoh, penggunaan sepenuhnya teknologi di suatu bagian dunia (Barat-red) tidak dapat dibatasi pengaruhnya hanya pada tempat itu sendiri. Tetapi merambah ke seluruh budaya manusia di muka bumi termasuk pengaruhnya bagi masyarakat Indonesia.
Menurut Nurcholish Madjid, modernitas adalah suatu keharusan sejarah. Tetapi suatu ”keharusan” tidak dengan sendirinya bernilai positif. Salah satu problema yang nampak selalu menyertai modernitas adalah kapitalisme. Dan kapitalisme itu sendiri merupakan kelanjutan dari materialisme, yaitu pandangan hidup yang memberi tempat sangat tinggi kepada kenikmatan lahiriah. Oleh karena itu proses modernisasi khususnya bagi negara-negara berkembang (Indonesia) selalu mengandung pengertian perjuangan mencapai taraf hidup yang lebih tinggi secara material. Apalagi adanya suatu kenyataan yang tak mungkin diingkari bahwa kemakmuran material mempunyai berbagai akibat pada bidang-bidang selain bidang ekonomi. Sehingga kemunduran di bidang ekonomi selalu berakibat kemunduran di bidang lain.
Pola pikir sebagaimana dikemukakan di atas, pada dasarnya suatu hal yang natural bagi manusia. Karena untuk bertahan hidup (surivive), manusia harus memenuhi kebutuhan fisiknya. Namun akan menjadi ”penyakit” yang sangat berbahaya jika manusia terlalu mendewakan materi dalam meningkatkan taraf hidup duniawinya (materialisme). Pemanasan global yang mengancam manusia saat ini, merupakan bukti nyata betapa serakahnya manusia dalam  mengeksploitasi sumber daya alam yang terbatas demi untuk memenuhi hasratnya yang tidak terbatas.
Menurut Sekjen PBB Ban Ki Moon, paham materialisme, kapitalisme, dan pragmatisme dengan kendaraan sains dan teknologi telah ikut mempercepat dan memperburuk kerusakan lingkungan. Sumber-sumber alam dijarah kelewat batas sehingga semakin hari kondisi bumi semakin kronis dan mengancam manusia.
Oleh karena itu, betatapun paham materialisme lahir dan tumbuh dari Barat. Bukan berarti masyarakat Indonesia ”kebal” terhadap virus ini. Dengan melihat realitas kehidupan masyarakat kita, mungkin banyak di antara saudara-sadauara kita yang telah terjangkit gejala-gejala penyakit materialisme ini. Disadari atau tidak, materialisme telah mempengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat kita. Budaya konsumerisme misalnya. Konsumerisme merupakan bagian tak terpisahkan dari materialisme. Konsumerisme adalah budaya pemenuhan segala keinginan diri bukan atas dasar kebutuhan tapi atas dasar gengsi  atau yang lainnya. Budaya ini menghargai orang bukan karena ilmu dan perilakunya tapi karena banyaknya uang yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi. Semakin banyak dan prestitius barang yang dibeli seseorang, semakin akan dihargai. Supaya mendapatkan penghargaan, orang rela membeli barang-barang yang sebetulnya tidak terlalu diperlukan atau di luar kemampuannya. Tak heran jika korupsi pun merajalela.
Materialisme jelas-jelas berbahaya. Sebagai seorang muslim, kita wajib menghindarinya agar tercapai kebahagian (hasanah) hidup. ”Kebahagian” adalah kepuasan dan ketentraman lahir-batin, fisik-spiritual dan dunia-akhirat bukan ”kesenangan” yang hanya mengandalkan kepuasan duniawi semata. Jika direnungkan secara luas dan mendalam, nilai-nilai Islam seperti iman, ihsan, ikhlas, tawakkal, qona’ah, syukur dan lain-lain, benar-benar akan menjadi ”obat mujarab” untuk menangkal bahaya laten materialisme yang semakin merajalela. (dari berbagai sumber). Wallahu a’lam

Kuningan, 15 Februari 2009
Penulis,

Asep Nurdin






























Bahwa alam kahirat lebaih realistis dibadnig ala dunia. Jika kalian begitu semangat mencari dalam hal dunia, maka sudahsmesetinya kalian semangat lagi dalam hal ukarowi.kita haru sgiat dalam dalam mencari kegidypan akhirat. Walaupun kita tidak boleh melupakan kehiudpandunia. Tetapi inga kehidupan akherat haru sidhulukan adapun kehidupan dunia kira cari dalam aturan yang uddah ditentkan oleh Allah, jangan samapi gagar-gara dunia kita mengorbankan akidah kiata tauapun megorankan sdaura-saurag kita

Salah satu Indkiasi masukhnya paham materialime di kalangan umst Islam, adalah perkataan yang mungin yang diucapkan leh saduara-sdauara kita ataup oleh kita sendiri tanpa disadari, perkaraan tersebut adalah : ”kita tahu bahwa kita akan menuju akherat tapi realisti dong! Kita kan butuh makan”. Dalam kata-kata seperti ini mengandung makna tersembuyi kira-kira seperti ini : ”kita tahu bahwa para ulama itu berkata bahwa kita akan menuju kampung akherat tapi kampung akhierat itu kan nggak real jadi yang real ajalah, kita hidup di dunia materi dan butuh makan”. Makna tersembuyi ini memang sangat tersembuyi sehingga kita tidak menyadarinya. Kata-kata ini disebarkan oleh para materialist yang kemudian diikuti sadudar-sadauara kita dari kalangan muslim dam mengucakannya tanpa meydarinya makna tersembuyi dalam kata-kata berbahaya ini.
Kepada materislesme bebahaya?

Bahwa alam kahirat lebaih realistis dibadnig ala dunia. Jika kalian begitu semangat mencari dalam hal dunia, maka sudahsmesetinya kalian semangat lagi dalam hal ukarowi.kita haru sgiat dalam dalam mencari kegidypan akhirat. Walaupun kita tidak boleh melupakan kehiudpandunia. Tetapi inga kehidupan akherat haru sidhulukan adapun kehidupan dunia kira cari dalam aturan yang uddah ditentkan oleh Allah, jangan samapi gagar-gara dunia kita mengorbankan akidah kiata tauapun megorankan sdaura-saurag kita. \qs. Al- qaashso 77:

Aya tini bagi orang yang begitu sammabgat mencari khiudpan akhirat hingga mereka hampir-hampir melupakan kehidupan dunia. Kalauun mereka mencari harta mereka mereka mencarinya bukan untuk bermegah-megahan, akan tetapi unuk mendung dakwah nabi saw, lihar abi bakar, usman dsb,

Bukan seprti kita yang begitu smenagat untuk emncari kehiduan dunia sehinggahampir-hampir melupakan akherat, kita mencari harta untuk bermegah-megahan tanpa mau peduli dengan dakwah rasulla. Kehidupan akherat hanya kita cari dengan sahlat, zakat, puasa, naik haji. Sungggguh menyedihkan keadaan kita ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar